RESISTENSI MIKROBA TERHADAP ANTIBIOTIK

on Friday, December 26, 2008

RESISTENSI MIKROBA TERHADAP ANTIBIOTIK







vs






Ketika membaca artikel "Udang Asia...." (Kompas 28/1) ada suatu pertanyaan yang muncul, yaitu apakah memang antibiotik chloramphenicol tidak mempunyai efek samping yang
sangat membahayakan bagi kesehatan manusia? Seperti yang tertulis dalam artikel: Chloramphenicol Bukanlah Sejenis Antibiotik yang Sangat Membahayakan bagi Umat Manusia".

Istilah antibiotik berasal dari kata antibiosis yang berarti bustansi yang dihasilkan oleh suatu mikroorganisme yang dalam jumlah kecil dapat menghambat pertumbuhan atau mematikan mikroorganisme lain. Penemuan antibiotik diawali oleh Alexander Fleming pada tahun 1928 yang mengamati adanya penghambatan pertumbuhan bakteri staphylococcus aureus pada cawan petri oleh kontaminan yang akhirnya dikenal dengan penicillium notatum. Zat aktif yang kemudian diisolasi dari p notatum ini diberi nama penicillin.


Penggunaan antibiotik tidak hanya sekadar untuk tujuan terapi pada kasus penyakit infeksi pada manusia atau hewan, tetapi juga telah digunakan untuk memacu pertumbuhan hewan-hewan ternak. Dan mungkin saja antibiotik juga telah digunakan untuk mencegah proses pembusukan oleh mikroorganisme pembusuk pada produk-produk hewani termasuk hewan laut. Terlepas dari kasus udang yang mengandung chloramphenicol apakah itu "tercemar" oleh mikroorganisme tanah atau "sengaja" diberikan agar tidak membusuk, keberadaan antibiotik yang konstan pada produk-produk hewani atau bahan makanan akan menjadi ancaman bagi kesehatan manusia yang mengonsumsinya.

Efek antibiotik

Antibiotik dapat mempengaruhi kesehatan manusia secara langsung maupun tidak langsung. Secara langsung antibiotik memiliki sifat toksik bagi manusia, sebagai contoh chloramphenicol memiliki efek samping yang cukup serius, yaitu penekanan aktivitas sumsum tulang yang berakibat gangguan pembentukan sel-sel darah merah. Kondisi ini dapat menyebabkan aplastic anemia yang secara potensial berakibat fatal.

Risiko lain bagi kesehatan manusia secara tidak langsung dalam penggunaan antibiotik adalah terjadinya resistensi mikroba. Resistensi kolonisasi (colonization resistance) adalah istilah yang menggambarkan imunitas alami yang diperoleh manusia melalui keberadaan flora normal dalam saluran pencernaan sehingga manusia akan terlindungi dari kolonisasi/infeksi oleh mikroorganisme dari luar tubuh. Ini merupakan konsep penting bagi kesehatan manusia karena pencegahan kolonisasi oleh mikroba patogen seperti salmonella atau oleh mikroba resisten adalah kunci untuk meminimalkan risiko hidup dalam lingkungan yang terkontaminasi oleh mikroorganisme patogen.

Resistensi kolonisasi dapat terganggu akibat pengaruh luar seperti stres dan agen antimikroba/antibiotik. Sebagai contoh pada hewan anjing yang sakit akan mendapatkan risiko 38 kali atau lebih terkolonisasi oleh Salmonella yang resisten bila mereka mendapatkan terapi antibiotik untuk pertama kali. Dalam 24-48 jam setelah pemberian antibiotik, pertumbuhan flora normal akan tertekan sampai tingkat yang mikroba resisten akan mulai berkolonisasi. Mikroba resisten ini akan menggantikan flora normal dalam saluran pencernaan. Mikroba resisten ini bisa merupakan bagian dari flora normal (contoh: anjing yang normal dan tidak memperoleh terapi antibiotik akan mengeluarkan bakteri Escherichia coli yang memiliki plasmid resisten di dalam fesesnya) atau dari luar tubuh. Bila saluran pencernaan penuh dengan koloni mikroba yang resisten dan suatu saat penyakit muncul maka akan sulit untuk melakukan terapi terhadap penyakit tersebut.

Resistensi bukan masalah baru

Penggunaan antibiotik pada manusia dan hewan ataupun produk hewan akan menghantarkan munculnya mikroba resisten tidak hanya mikroba sebagai target antibiotik tersebut tetapi juga mikroba lain yang memiliki habitat yang sama dengan mikroba target. Hal ini dimungkinkan karena adanya transfer materi genetik (plasmid resisten) di antara genus bakteri yang berbeda yang masih memiliki hubungan dekat, meliputi bakteri e coli, klebsiella, dan salmonella.

Masalah resistensi mikroba terhadap antibiotik bukanlah hal yang baru. Pada tahun 1963, WHO telah mengadakan pertemuan tentang "Aspek kesehatan masyarakat dari penggunaan antibiotik dalam makanan dan bahan makanan". Pada saat itu disimpulkan bahwa antibiotik selain digunakan untuk tujuan medis juga dapat digunakan sebagai pemacu pertumbuhan pada hewan-hewan produksi. Namun, karena berkembangnya resistensi mikroba patogen terhadap antibiotik seperti penisilin dan tetrasiklin, telah mengantarkan perubahan pandang dalam penggunaan antibiotik. Pada tahun 1969, di Inggris ada "Swann Report" yang merekomendasikan penggunaan antibiotik tertentu sebagai pemacu pertumbuhan pada hewan-hewan produksi seharusnya dihentikan dan antimikroba seharusnya hanya digunakan untuk tujuan medis pada manusia.


Bakteri yang resisten

Penggunaan antibiotik pada pakan hewan sebagai pemacu pertumbuhan telah mengakibatkan pertumbuhan bakteri yang resisten terhadap antibiotik yang umum digunakan untuk terapi infeksi pada manusia. Sebelum tahun 1984 di Eropa, salmonella dublin masih peka terhadap antibiotik. Namun, sejak tahun 1984, isolat yang diperoleh dari sapi dan dari anak-anak yang menderita salmonellosis telah resisten terhadap chloramphenicol dan streptomycin. Tahun 1985 di Los Angeles Country California, sekitar 1.000 kasus infeksi oleh s newport resisten terhadap beberapa antibiotik. Dari tahun 1990-1999 di Inggris telah terjadi kasus infeksi oleh s typhimunium DT104 pada manusia, dengan kasus paling banyak pada tahun 1995-1996 sekitar 3.500-4.000 kasus. Bakteri ini diketahui telah resisten terhadap paling sedikit lima jenis antibiotik dan ada kaitannya dengan rantai makanan asal hewan, terutama hewan-hewan produksi seperti sapi, babi, domba, dan unggas. Selain salmonella, bakteri lain yang resisten adalah enterococcus spp. Bakteri ini resisten terhadap vancomycin, antibiotik yang digunakan secara luas di Eropa sebagai pemacu pertumbuhan dalam pakan hewan.

Adanya bahaya akibat penggunaan antibiotik yang tidak tepat, baik yang secara langsung maupun tidak langsung akan mengancam kesehatan manusia, sebaiknya penggunaannya lebih dipikirkan dengan hati-hati dan bijak terutama bila digunakan dalam produk-produk hewani atau bahan makanan.

0 komentar: